1. Judul Film
Tanah Surga…
Katanya
2. Data Film
Judul Film : Tanah Surga… Katanya
Jenis Film : Drama
Sutradara : Herwin Novianto
Produser : Deddy Mizwar
Gatot Brajamusti
Bustal Nawawi
Penulis : Danial Rifki
Pemeran : Osa Aji Santoso (Salman)
Fuad Idris (Hasyim)
Ence bagus (Haris)
Astri Nurdin (Ibu Astuti)
Tissa Biani Azzahra (Salina)
Ringgo Agus Rahman (dr. Anwar)
Studio : Demi Gisela Citra Sinema
Produksi : Citra Sinema
Tanggal Rilis : 15 Agustus 2012
Durasi : 90 menit
Negara : Indonesia
Bahasa : Bahasa Indonesia
3. Pendahuluan
Hasyim
mantan sukarelawan Indonesia yang terlibat dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia
tahun 1960-an tinggal di perbatasan Indonesia, Kalimantan Barat dengan
Malaysia, Serawak bersama anaknya Haris dan kedua cucunya Salman dan Salina.
Haris yang senang dengan negara tetangga yaitu Malaysia yang menurut dia adalah
tanah surga berniat membawa ayah dan anak-anak nya ke Malaysia agar menurutnya
anak-anak dapat bersekolah dengan baik dan ayahnya mendapatkan pengobatan
khusus karena terserang penyakit jantung. Namun, Hasyim menolak untuk ikut
dengan Haris karena menurut dia Indonesia tetaplah surga di matanya. Akhirnya
hanya Salina yang ikut bersama ayahnya.
Tiba-tiba
setelah kepergian Salina dan Haris, Hasyim merasa dadanya sakit Salman langsung
pergi ke rumah kepala dusun. Untunglah dokter yang meninggal waktu lalu sudah
ada gantinya yaitu dokter Anwar yang sering disebut dokter intel karena pertama
dia datang ke desa ini dia sering bertanya kepada guru yang mengajar pada
satu-satunya sekolah yang ada di desa tersebut yaitu ibu Astuti.
Anwar
langsung datang ke rumah Hasyim dan segera memeriksanya. Dia menyuruh Hasyim
untuk segera berobat ke rumah sakit namun Hasyim menolaknya karena perjalanan
ke rumah sakit sangatlah jauh dan memerlukan banyak uang. Salman mendengar itu
semua dan berniat untuk membawa kakeknya ke rumah sakit.
Salman
bertanya kepada ibu Astuti bagaimana cara mendapatkan uang yang banyak dengan
cepat. Ibu Astuti tersenyum dan berkata Salman harus berusaha dengan keras.
Salman
bekerja di pabrik kain yang kerjanya tiap pagi mengantarkan kain-kain itu ke
Malaysia. Dia terkadang meninggalkan sekolah untuk mencari uang dan meninggalkan
kakeknya.
Dokter
Anwar sudah merasa aneh ketika pertama datang ke desa itu, disana dia tidak
menemukan rupiah, apalagi ketika dia disuruh menggantikan ibu Astuti yang pergi
ke kota. Dia menyuruh anak-anak menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
tetapi anak-anak malah menyanyikan lagu kolam susu karya Koes Plus. Bendera
Merah Putih pun anak-anak tidak tahu, bahkan tidak dikibarkan.
Ibu
Astuti lupa mengajarkan mereka lagu Indonesia Raya akhirnya anak-anak diajarkan
lagu Indonesia Raya dan berlatih Upacara Bendera karena aka ada pejabat yang
menyumbang ke desa itu khususnya pendidikan.
Pejabat
itu terkesan melihat anak-anak yang semangat belajar dan berniat untuk memberi
guru seni, dan perlengkapan belajar mengajar. Namun ketika Salman membaca puisi
yang membuat pejabat itu tersinggung, maka pejabat itu mengurungkan niatnya
untuk memberikan sumbangan ke desa tersebut.
Ketika
Hasyim sedang sholat isya, Salman melihat bahwa sarung yang dipakai oleh
kakeknya itu sudah sobek. Keesokan harinya setelah mengantar kain, ia pergi
membeli sarung untuk kakeknya sebanyak dua kain. Ketika diperjalanan pulang,
dia melihat orang Malaysia memakai bendera merah putih sebagai kain penutup
dagang bawaannya. Salman meminta bendera itu dan di tukarkan dengan salah satu
kain yang ia beli untuk kakeknya, dan orang Malaysia tersebut menyetujuinya.
Dengan perasaan senang ia pulang membawa bendera itu sambil dia pegang di atas
kepala dan berlari menuju rumahnya.
Keadaan
Hasyim semakin memburuk, dr. Anwar berniat membawa Hasyim ke rumah sakit.
Keesokan harinya, dengan diantar oleh Salman dan Ibu Astuti, dr. Anwar membawa
Hasyim ke rumah sakit. Di pertengahan jalan, Hasyim menghembuskan nafas
terakhirnya.
4. Batang Tubuh
Bukan lautan
hanya kolam susu… katanya/ Tapi kata kakekku hanya orang kaya yang minum susu/
Tiada badai tiada topan yang kau temui/ kain dan jala cukup menghidupimu…
katanya/ Tapi kata kakekku ikannya diambil negara asing/ Ikan dan udang
menghampiri dirimu… katanya/ Tapi kata kakekku ssh.. ada udang di balik batu/
Orang bilang tanah kita tanah surga… katanya/ Tapi kata dokter Intel yang punya
surga hanya pejabat-pejabat…
Puisi yang dibawakan oleh Salman itu
disambut meriah oleh para masyarakat terutama oleh gurunya ibu Astuti dan dr.
Anwar yang sering ia sebut dokter intel. Kakeknya tersenyum saat mendengar
puisi itu diacara penyambutan pejabat Negara yang akan memberikan sumbangan
kepada sekolah meskipun setelah puisi itu diperdengarkan pejabat enggan
memberikan sumbangan.
Film ini memiliki banyak pesan
terhadap masyarakat Indonesia khususnya para pejabat yang kurang memperhatikan
pinggiran Negara Indonesia. Mereka sangat membutuhkan bantuan yang sering
dibilang ketika para pejabat naik untuk mewakili rakyatnya.
Film ini sangat mengkritik terhadap
kinerja pemerintah Negara Indonesia. Selain mengkritik, film ini juga
mengajarkan kepada penontonnya untuk mempertahankan rasa nasionalisme meskipun
dalam keadaan apapun.
Dalam film ini juga terdapat
romantisme saat dr. Anwar mencintai ibu Astuti. Tetapi romantisme disini tidak
seperti film-film lainnya. Romantisnya dr. Anwar hanya memberikan shampoo
kepada ibu Astuti dan memujinya. Sungguh film yang menggambarkan kesederhanaan
dan nasionalisme yang tinggi.
Film ini tidak diceritakan sampai
akhirnya senang atau sedih. Karena film ini hanya menggambarkan atau
menginformasikan bahwa di perbatasan Indonesia keadaannya sangat
mengkhawatirkan akibat kurangnya pengawasan dari pemerintah.
Namun
film ini saat dirilis tidak banyakdirilik oleh para penonton. Karena banyak
film-film yang dikeluarkan akibat dari libur yang panjang dari idul fitri.
Padahal jika film ini banyak ditonton oleh masyarakat khususnya para wakil
rakyat, film ini akan mengingatkan kita pada saudara-saudara kita yang sangat
membutuhkan bantuan kita semua.
5. Penutup
Film
ini cocok ditonton oleh semua umur. Selain untuk mengingatkan kita terhadap
saudara-saudara kita, film ini juga dapat membangkitkan kembali rasa
nasionalisme yang saat ini mulai luntur pada masyarakat Indonesia.
Semoga dengan adanya
film ini pemerintah Indonesia dapat tersentuh hatinya untuk membereskan semua
permasalahan yang ada. Khususnya permasalahan perbatasan Indonesia dengan
Negara lainnya.